Motivasi dan Penyemangat Hidup

Posted by Unknown on 11:07 with No comments


Didalam hidup terkadang kita mengalami banyak cobaan tetapi semakin cobaan itu datang menerpa kita, maka semakin kuat dalam menjalani kehidupan.

Tuhan tidak akan pernah memberi cobaan kepada hamba'nya jika tidak sanggup dihadapi oleh hamba'nya.

Ketika cobaan datang menerpa, kita akan teringat kepada Tuhan
Maka apabila kita dalam keadaan bahagia cobalah untuk mengingat  kepada Tuhan.

Hidup ini terlalu singkat apa bila kita terus menyesali apa yang terjadi pada kita
Hidup ini akan terasa indah apa bila kita terus mensyukurinya
Hidup ini akan terasa bahagia apa bila kita terus memberi tanpa meminta kembali.

Dalam hidup ini segala hal lakukanlah dengan hatimu maka engkau akan mendapatkan hasil yang memuaskan.

Hal paling menakutkan bukanlah ketika tak tahu kamu berada, tetapi ketika tak tahu mengapa kamu ada di tempat kini kamu berada.

Tak peduli apa yang telah hilang dalam hidup mu, selama kamu masih mampu bersyukur pada Tuhan, kamu tak pernah kehilangan apapun.

Jangan pernah mengeluh, Tuhan telah berikan segala yang kamu butuhkan tuk meraih mimpimu. Percayalah Dia punya rencana besar untukmu.

Setiap hari aku selalu melewati jalan yang sama menuju tempat mencari nafkah. Banyak hal yang selalu aku perhatikan dalam perjalananku, baik ketika berangkat maupun pulang kerja. Dua tempat yang paling menarik perhatianku adalah suasana di sekitar simpang empat Matraman dan sekitar Tugu Pancoran Jakarta Selatan. Di tempat itulah aku melihat rutinitas yang sama dan aktivitas yang selalu sama dengan hari sebelumnya.

Aku perhatikan suasana hiruk pikuk manusia yang begitu ramai di lokasi tersebut. Kendaraan, pedagang asongan, pengamen dan tentunya pengemis yang berkeliaran mencari rejeki. Diantara semuanya, tatapanku selalu tertuju pada pengemis kecil yang mendatangi setiap kendaraan yang berhenti.
Mereka kadang sendirian namun seringkali juga berduaan. Pengemis kecil dengan pakaian yang agak kotor dan usia mereka yang masih jauh di bawah umur. Aku perkirakan usia mereka sekitar dua sampai tiga tahunan. Sebenarnya hatiku tidak tertahankan sedihnya melihat kehidupan mereka. Tapi bagaimana pun juga, memang jalan seperti itulah yang mereka tempuh.

Berbicara tentang pengemis, banyak cara-cara yang mereka lakukan untuk menarik perhatian setiap pengendara yang lewat. Ada sesama anak kecil yang saling berpegangan tangan, mungkin ceritanya “Inilah saya seorang pengemis kecil, inilah saya yang miskin dan inilah adikku yang sengsara”. Ada juga seorang pengemis kecil yang menggendong adiknya, mungkin ceritanya ” Inilah saya yang fakir dan inilah adikku yang tak punya orangtua”. Begitu juga dengan seorang Ibu yang menggendong anaknya dan tunanetra yang dituntun. Semuanya menghiasi dan menambah semarak di sekitar lampu merah tersebut.

Menurut obrolan dari mulut ke mulut, sebenarnya mereka adalah anak-anak yang masih memiliki orang tua, namun memang ada juga yang benar-benar tidak memiliki orang tua. Ada juga yang mengatakan, bahwa anak yang mereka bawa bukanlah anak mereka sendiri, melainkan menyewa kepada orang tua yang menyewakan anaknya. Dan tarifnya pun sangat memilukan hati. Mereka ada yang menyewakan anaknya dengan tarif sekitar Rp. 20.000 sampai Rp. 30.000 per hari. Aku pernah menonton salah satu tayangan tentang kehidupan para pengemis ini pada salah satu tayangan televisi. Mereka (dengan identitas dirahasiakan) mengatakan bahwa anak yang mereka bawa adalah menyewa dari orang lain dengan tarif Rp. 30.000 sehari termasuk memberikan anak itu makan dan minumnya.

Untuk mereka yang menggunakan trik anak kecil sebagai objek perhatian masyarakat terutama para pengendara, aku lebih cenderung pada orang tua yang menyuruh anaknya sendiri mengemis. Di sekitar simpang empat Matraman, aku sering melihat seorang lelaki dengan badan yang masih segar bugar, aku perkirakan usianya sekitar 40-45 tahun. Dia sedang menerima setoran dari pengemis-pengemis kecil yang memilukan. Entahlah, apakah dia itu bapaknya atau orang yang sengaja memeras keringat anak kecil untuk mengemis. Waktu aku lihat, dia itu berada di bawah jembatan layang di sekitar taman kecil. Entah berapa kali aku melihat pemandangan seperti ini.

Lain halnya dengan suasana di sekitar lampu merah Tugu Pancoran. Aku sering mendapati suasana agak ramai di bawah pohon sekitar taman. Pertama aku melihat, batinku berkata “Keramaian apa yang sedang terjadi di bawah pohon tersebut?”. Akupun menyempatkan untuk memperhatikan mereka. Dan ternyata ada beberapa ibu-ibu yang sedang menerima setoran dari pengemis kecil lalu mereka asyik menghitung hasil mengemis sang bocah.

Jika memang mereka adalah orangtuanya sendiri, sungguh hina perbuatan orang tua seperti ini. Mereka hanya duduk sambil menanti anaknya membawa hasil mengemisnya. Mereka telah menanamkan moral untuk selalu meminta dan mengemis di jalanan pada anaknya sendiri, sedangkan mereka hanya diam dan menunggu. Mereka memanfaatkan bocah kecilnya untuk mengisi perutnya yang lapar dan mencukupi kebutuhan diri dan keluarganya.

Entahlah, apa yang ada dalam pikiran orang tua seperti itu. Mungkin dia memang orang tua pemalas dan tidak bertanggung jawab terhadap kehidupan anaknya. Mungkin dia berpikir “Buat apa punya anak kalau tidak bisa menghasilkan uang?”. Mungkin juga dia berpikir “Biarkan sang anak mencari rejekinya sendiri biar kelak bisa mandiri”. Atau mungkin juga dia berpikir “Biarkan dia merasakan bahwa mencari uang itu susah”.

Apapun alasannya, bagiku semuanya tidaklah menjadi suatu pembenaran. Karena pada hakikatnya, kehidupan bocah-bocah kecil itu adalah masih menjadi tanggung jawab orang tuanya. Mereka harus membesarkan anak-anaknya dengan keringatnya sendiri dan mereka harus bertanggung jawab terhadap semua kebutuhan anaknya. Lain halnya ketika suatu saat nanti anaknya telah tumbuh dewasa.

Dari realita kehidupan di atas, memberikan pelajaran pada kita selaku orang tua agar menanamkan hal-hal yang baik dan terpuji pada anaknya. Janganlah menjerumuskan anak-anak kita pada kehinaan dan kenistaan. Usahakan dan tanamkan pada anak-anak kita agar suatu saat nanti, tangannya selalu berada di atas bukan menjadi di bawah. Karena tangan di atas (memberi) jauh lebih mulia dibandingkan dengan tangan yang selalu berada di bawah (meminta). Semoga kita akan selalu menjadi golongan orang-orang yang tangannya selalu berada di atas. Semoga kita semua menjadi orang-orang yang beruntung, Amin...!!!

"PenyesaLan Seorang Anak Terhadap Ibunya"

Posted by Unknown on 08:36 with No comments
Pada suatu hari, Seorang Anak berkata pada ibunya : “ Ibu, aku malu sama teman-temanku, mereka memiliki ibu yang sempurna secara fisik dan mereka bangga terhadap ibu mereka, tapi aku bu, mengapa aku memiliki ibu yang buta.
Andai saja aku tau, aku dilahirkan oleh seorang ibu yang buta, maka aku lebih memilih untuk tidak dilahirkan”

Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut anaknya, sang ibu berkata : “Nak, ibu memang buta, tetapi walaupun kamu malu dengan keadaan fisik yang ibu miliki, ibu tetap sayang padamu nak.."
Anak menjawab : “ Bu, semua teman-temanku selalu menghinaku, bahkan tidak ada satu perempuan pun yang suka padaku karena melihat fisik ibu yang tidak sempurna.
Mereka takut jika kelak menikah denganku anak kami juga akan cacat, buta seperti ibu ”.

Mendengar perkataan anaknya, Sang ibu begitu terpukul dan menangis, namun demikian Sang Ibu tetap sayang pada anaknya. tak henti-hentinya ibu itu berdo’a untuk anaknya.

Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, akhirnya Si Anak menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Teknik.
Betapa bangganya hati Sang ibu mendengar anaknya akan diwisuda dan menjadi seorang Insinyur, tak sia-sia pengorbanannya selama ini dengan berjualan di pasar untuk menyekolahkan Si Anak, tak kenal lelah Sang ibu bekerja walaupun dalam keadaan matanya yang buta.

Sampailah saat yang ditunggu-tunggu, saat Anaknya dan yang lainnya akan diwisuda. Teman-teman berserta orang tuanya dan keluarga berkumpul menantikan acara dimulai, tetapi Sang ibu sama sekali tidak diajak Anaknya untuk menghadiri wisuda tersebut.

Akhirnya Sang ibu datang sendiri keacara tersebut, sesampainya ditempat Anaknya akan diwisuda, betapa bahagianya hati sang ibu mendengar nama anaknya dipanggil kedepan dengan nilai terbaik.

Namun si Anak sangat malu terhadap teman-teman dan kekasihnya ketika mengetahui ibunya juga hadir di acara wisuda itu, acara yang seharusnya menurut si Anak membuatnya bahagia.

Pada saat itu, sang ibu mendekati Si anak sambil meraba-raba wajah anaknya, lalu kekasih Si anak bertanya: “ Siapa perempuan buta itu ?"
si Anak tidak menjawab dan hanya diam membisu.
Akhirnya sang ibu berkata bahwa dia adalah ibunya.

mendengar ibunya berkata demikian, Si Anak akhirnya pulang sebelum acara selesai dan meninggalkan ibunya sendirian.
Setelah acara selesai akhirnya sang ibu juga pulang kerumah tanpa anaknya.

Namun siapa yang tau kapan ajal akan tiba, ketika hendak menyebrang jalan sang ibu meninggal dunia.
Betapa terkejutnya sh Anak ketika pihak rumah sakit mengabarkan bahwa beberapa menit yang lalu ibunya telah meninggal akibat kecelakaan. Dan petugas kepolisian memberikan tas yang dibawa ibunya pada saat menghadiri wisuda, si Anak hanya diam duduk menunggu ibunya yang masih dibersihkan dari sisa-sisa darah yang masih menempel di tubunya.

Pada saat menunggu jenazah ibunya, si Anak membuka tas kesayangan ibunya yang lusuh dan kumal itu. Disana terdapat foto Sang ibu ketika mengandungnya, dan betapa terkejutnya Si Anak ketika membaca sepucuk surat yang begitu lusuh yang terdapat didalam tas ibunya.
Si Anak membaca surat tersebut, dan didalam surat itu tertulis :
“ Banjarmasin, 12 Oktober 1984, Anakku yang sangat kucintai, bayi mungilku yang sangat kusayangi, betapa kau sangat berharga dihati ibu nak.
Walaupun kau buta dari lahir tetapi ibu sangat menyayangimu, kaulah anugrah terindah yang ibu miliki.
Nak, ini adalah surat terakhir yang ibu tulis, karena besok ibu sudah tidak bisa lagi menuliskan kata-kata diatas kertas. Karena besok ibu akan mendonorkan kedua mata ibu untukmu nak, agar kelak kau dapat melihat dan menikmati indahnya dunia, anugrah yang diberikan Tuhan. Nak suatu saat jika ibu sudah tiada dan kau ingin melihat ibu, berkacalah nak, karena dimatamu ada ibu yang selalu menemanimu ”.

Airmata Si Anak pun mengalir deras, ia menyesal karena sudah terlambat bagi dirinya untuk membahagiakan ibunya.
Si Anak teringat dengan semua perbuatan yang ia lakukan terhadap ibunya, dia hanya duduk terdiam tersimpuh di depan kaki ibunya yang telah terbujur kaku.
Semua telah terjadi dan kini ibunya telah pergi untuk selama-lamanya.

Dalam hal ini mengajarkan betapa besar kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya, tanpa mengharapkan balasan. Ibu selalu dengan ikhlas memberikan apapun yang dimilikinya termasuk jiwanya sendiri.
Seorang lelaki yang sangat tampan dan sempurna merasa bahwa Tuhan pasti menciptakan seorang perempuan yg sangat cantik dan sempurna pula untuk jodohnya. Karena itu ia pergi berkeliling untuk mencari jodohnya. Kemudian sampailah ia disebuah desa. Ia bertemu dengan seorang petani yang memiliki 3 anak perempuan dan semuanya sangat cantik. Lelaki tersebut menemui bapak petani dan mengatakan bahwa ia ingin mengawini salah satu anaknya tapi bingung; mana yang paling sempurna.

Sang Petani menganjurkan untuk mengencani mereka satu persatu dan si Lelaki setuju. Hari pertama ia pergi berduaan dengan anak pertama. Ketika pulang, ia berkata kepada bapak Petani, “Anak pertama bapak memiliki satu cacat kecil, yaitu jempol kaki kirinya lebih kecil dari jempol kanan.”

Hari berikutnya ia pergi dengan anak yang kedua dan ketika pulang dia berkata, “Anak kedua bapak juga punya cacat yang sebenarnya sangat kecil yaitu agak juling.”

Akhirnya pergilah ia dengan anak yang ketiga. Begitu pulang ia dengan gembira mendatangi Petani dan berkata,”inilah yang saya cari-cari. Ia benar-benar sempurna.”

Lalu menikahlah si Lelaki dgn anak ketiga Petani tersebut. Sembilan bulan kemudian si Istri melahirkan. dengan penuh kebahagian, si Lelaki menyaksikan kelahiran anak pertamanya. Ketika si anak lahir, Ia begitu kaget dan kecewa karena anaknya sangatlah jelek. Ia menemui bapak Petani dan bertanya “Kenapa bisa terjadi seperti ini Pak? Anak bapak cantik dan saya tampan, Kenapa anak saya bisa sejelek itu..?”

Petani menjawab, “Ia mempunyai satu cacat kecil yang tidak kelihatan. Waktu itu Ia sudah hamil duluan…..”

"Kadang kala saat kita mencari kesempurnaan, yang kita dapat kemudian kekecewaan
Tetapi kala kita siap dengan kekurangan, maka segala sesuatunya akan terasa istimewa."